Rabu, 25 Februari 2009

Ketibaan pesawat Air Asia dari bumi Malaysia telah mengejutkan belasan anak-anak KUDQI di Indonesia. Para ustaz KUDQI telah tiba dengan membawa seribu harapan, bukan menyambung silaturrahmi yang terputus seperti khabar angin dari adik-adik tapi demi keperihatinan asatizah dan cakna mereka akan anak-anak lepasan dari KUDQI, dengan kata lain, membawa tujuan dan tanggungjawab yang besar. Ustaz Khalil, Ustaz Kamaruzzaman dan Ustaz Soud telah hadir dengan pelbagai acara yang telah dirancang dan tidak lupa pula pada bapak saudara Zul (salah seorang student UIN) yaitu Ustaz Ashaari.

Kedatangan asatizah pada Jumat sore yaitu pada jam 4pm tiba di bumi Jakarta dengan diambil mobil APV oleh beberapa wakil dari kami, asatizah ditempatkan di KOPERTAIS UIN Jakarta yang berhadapan dengan asrama putera. Sudah menjadi kebiasaan para tetamu ditempatkan di Wisma Syahida, oleh karena Wisma tersebut dicas begitu mahal oleh UIN maka dengan keperihatinan persatuan merancang ke KOPERTAIS.

Untuk memenuhi jadual, malam harinya asatizah dijemput menikmati makanan tradisional Indonesia yaitu nasi padang. Dan kami tidak lupa pula akan kebutuhan asatizah dengan memberi pinjam peralatan untuk keperluan seharian seperti sejadah, kain plekat, sterika, hanger dan sebagainya. Dalam penat lelah asatizah yang baru hadir semalam, paginya, asatizah dijamu pula dengan mee hun goreng yang dimasak oleh muslimat, walaupun mee yang sebenar tidak sama dengan kepunyaan asli di Malaysia namun asatizah tetap memuji pada muslimat karena kesungguhan mereka, asatizah dapat bersarapan dengan tersenyum.

Namun begitu, pada hari tersebut telah kami jadualkan untuk asatizah supaya lunch di kos-an (rumah sewa) mengikut perencanaan awal, persatuan inginkan para ustaz naik angkut-angkut (van prebet) untuk sampai disana tapi ustaz Kamaruzzaman ingin bersenam setelah rehat sepanjang pagi. Kami sengaja membawa asatizah jalan shortcut untuk sampai disana, tapi disebabkan memang reality kos-an itu jauh sehingga ada asatizah yang menyoal akan kejauhannya, seribu kemaafan dipohon untuk asatizah. Hmmm, begini la seharian kehidupan anak-anak ustaz disini (",)

Setelah sampai di kos-an asatizah disambut para penghuni kos-an dengan salaman dan senyuman, walaupun rumah sewa masih lagi dalam persiapan dan majlis belum tentu akan bermula dan persatuan sendiri pun tak tau kapan bermulanya majelis tapi asatizah dijamu dahulu dengan buah-buahan seperti salak dan jeruk (orange). Begitu majlis dimulai, dan suasana agak ceria walaupun tanpa microfon, ucapan terus berjalan dari Ustaz Khalil, Ustaz Kamaruzzaman dan Ustaz Soud, sehinggalah sampai pada jawapan dari soalan para anak KUDQI dan IPA. Setelah menjamu selera bersama-sama, tidak lupa untuk ngobrol-ngobrol (sembang) sama asatizah tentang isu-isu semasa yang berlaku di Malaysia dan tentang tajuk skripsi (tesis) yang akan kami buat.

Malamnya pula, ada acara yang disusun oleh persatuan IMISUIN ( ) yaitu berkumpul sama anak-anak malaysia, walaupun rata-rata dikalangan kami ramai yang mudik (balik kampung) tapi majelis tetap berjalan dengan lancar, pendek kata, asatizah KUDQI disambut dengan hati terbuka oleh para student UIN Jakarta walaupun ada dikalangan kami yang berlainan warna Bendera.

Keesokan harinya (AHAD), pagi-pagi lagi kami bersiap untuk pariwisata (melancong) ke Bandung. Seharian berjalan-jalan, melihat pandangan yang indah, mengecapi kesejukan asli dipuncak yang bernama Gunung Tangkubang Perahu sambil membeli barangan untuk dibawa pulang sebagai ole-ole. Kami pulang pada malamnya dalam keadaan berkejaran dengan masa, sementara disedari bahwa malam masih muda, semapt juga pekena satay kambing, setelah itu baru pulang ke kamar (bilik) masing-masing.

Kepenatan telah membuat terlena sepanjang malam, pun begitu, perjanjian asatizah sama dosen (pensyarah) UIN tidak dilupakan, sebelum itu, asatizah bersarapan yang dibuat oleh muslimat yaitu makan nasi lemak, Pehh, bestnya seakan terbayang-bayang berada di kampung halaman. Begitulah khayalan pabila berjauhan dengan keluarga, tapi asatizah begitu kental dan telah menjadi kebiasaan asatizah dalam suasana seperti itu, asatizah sentiasa memikirkan tujuan utama, dan tahu apa yang perlu didahulukan. Perjanjian dibuat di PASCA UIN yang melalui ASPI (asrama puteri) dahulu untuk sampai disana. Rapat (mesyuarat) asatizah sama perwakilan rektorat UIN berakhir tengahari, setelah itu, asatizah merancang untuk pergi ke Tanah Abang untuk membeli belah serta ke Senin untuk membeli buku-buku. Perjalanan asatizah melarat hingga ke malam.

Pada hari selasa, asatizah merancang ke Bogor dan dalam proses untuk menjadikan destinasi yang kedua setelah UIN Jakarta untuk anak-anak KUDQI di Universitas Ibnu Khaldun. Perjalanan menuju kesana memakan masa berjam-jam sehingga asatizah kembalian mereka, saat sore. Malamnya pula, persatuan X KUDQI mengambil anisiatif buat perjumpaan beserta ucapan dan cenderahati untuk KUDQI tempat kami mengukir sejarah sebelum datang ke sini. Setelah itu asatizah dijemput ustaz zul (salah seorang student UIN) supaya hadir ke rumah untuk menjamu selera. Setelah itu, kami menolong asatizah packing semua barang yang untuk dibawa pulang ke dalam pesawat

keesokan harinya. Setelah penat lelah hilang ketika mata dipejam dan hati telah tenang saat semua acara telah dibuat, kini telah tiba saatnya asatizah kembali ke Malaysia untuk meneruskan perjuangan yang telah 5 hari ditinggalkan demi mencapai pengorbanan yang tinggi dan meraih keredhaan ilahi. Barakallahu fi walakum, wassalam.. –belebab goreng

Tiada ulasan: